Populer

Pesan Singkat

Senin, Desember 31, 2007
Ngadirojo - Jalur antarprovinsi dari Wonogiri-Pacitan, Jatim yang melewati Jembatan Gedong di daerah perbatasan Kecamatan Ngadirojo dengan Kecamatan Nguntoronadi sudah mulai normal. Kendaraan berat seperti truk dan bus bisa melewati jembatan tersebut, walaupun secara bergantian.
Salah seorang pengusaha bus, Edy Purwanto, menjelaskan sejak pukul 05.00 WIB, bus antarkota antarprovinsi (AKAP) miliknya sudah lewat Jembatan Gedong. ”Tadi pagi (Jumat-red) saya berkoordinasi dengan DLLAJ Semarang dan Dinas Perhubungan Pariwisata Seni dan Budaya (DPPSB) Wonogiri, ternyata ruas jalan di Jembatan Gedong sudah bisa dilewati secara antre. Untuk kendaraan berat, seperti bus hanya diperbolehkan satu kendaraan yang melintas jembatan,” ujarnya. Hal senada dikemukakan salah seorang pengguna jalan, Tukiran, warga Nguntoronadi. ”Sudah bisa dilalui namun satu-satu. Tadi kami juga sudah melintas,” katanya. Kepala DPPSB Wonogiri, Sri Wiyoso, saat dikonfirmasi membenarkan kondisi Jembatan Gedong sudah normal kembali. ”Tim dari Bina Marga Provinsi sudah memberi tahu dan hasil pengecekan Jembatan Gedong sudah bisa dilalui bus dan truk dengan antre. Pembukaan dilakukan sejak pukul 05.00 WIB tadi.” Akibat derasnya arus Sungai Keduang, Kamis dini hari, jembatan ini sempat bergeser dan tidak bisa dilalui kendaraan berat. Condong ke kiri Kepala Badan Pelaksana Teknis (BPT) Bina Marga wilayah Surakarta, Suratno, mengatakan derasnya arus mengakibatkan pelat penghubung jembatan bergeser. Jembatan juga terlihat condong ke sebelah kiri. Menurut Giyanto, petugas BPT Bina Marga lainnya, pilar jembatan yang ada di sebelah barat amblas hingga sekitar 12 cm. ”Kalau dihitung selisih antara pilar sebelah barat dan timur sekitar 12 cm,” tegasnya. Hal ini membahayakan, apalagi tanah di bagian ujung jembatan di sisi sebelah timur tergerus air. Sementara itu, sejumlah warga terlihat sibuk menimbun tanah untuk menambal lubang di ujung jembatan. Sebagian lainnya menyodorkan kardus bekas untuk meminta sumbangan. ”Hasilnya akan kami berikan untuk korban bencana,” kata Giyarno, salah satu sukarelawan dari Desa Gedong. Dalam situasi seperti ini, semangat gotong-royong antarwarga begitu terasa. Tak peduli meski yang menjadi korban tak memiliki hubungan kekerabatan dengan mereka, semua seperti bersaudara. Seperti yang dilakukan salah satu personel Hansip Desa Gedong, Nartowiyono. Sejak hari kedua bencana, ia dengan sukarela bergantian dengan warga mengatur lalu lintas. ”Saya merasa berkewajiban, memang tidak ada gaji besar untuk saya, tapi saya senang karena bisa menolong saudara yang lain. Manto, bahkan rela meninggalkan pekerjaannya sementara waktu demi mengumpulkan bantuan bagi para korban bencana. ”Saya masih beruntung ketimbang yang lain, rumah dan lahan pertanian saya sampai saat ini masih aman tak tergenang air. Jadi apa salahnya saya membantu saudara-saudara yang terkena musibah, cuma ini yang bisa saya lakukan,” akunya. sumber : solopos.net

0 komentar:

Posting Komentar