Populer

Pesan Singkat

Tirtomoyo (Espos) - Tim relawan dan SAR Wonogiri berhasil menemukan satu korban longsor di Dusun Pagah, Desa Hargantoro, Tirtomoyo, Minggu (30/12). Korban bernama Karyo Utomo, 75.
Informasi yang dihimpun Espos, dengan ditemukannya satu korban, maka tinggal delapan korban lagi yang diduga masih tertimbun tanah. Yakni di Desa Sendangmulyo sebanyak tujuh orang dan di Desa Hargantoro satu korban. Tim SAR, kemarin, mendatangkan alat berat berupa backhoe ke Sendangmulyo untuk mempermudah evakuasi korban. Sementara itu, tanah longsor susulan juga menimpa Kelurahan Tanjungsari, Tirtomoyo. Sebanyak tujuh rumah di dua RT di Kelurahan Tanjungsari, menjadi korban tanah longsor. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, tetapi tanah longsor mengubur enam ekor kambing dan dua sapi. Tiga rumah di antaranya hilang diterjang barongan (rumpun bambu). Informasi yang dihimpun Espos, kemarin, bantuan dari pemerintah belum ada. Bantuan baru datang dari warga sekitar yang kebetulan mengetahui adanya bencana. Bantuan dari warga masih berupa mi instan dan makanan instan. Warga mengungsi di rumah-rumah tetangga dan familinya. Tanah longsor tersebut menimpa tujuh rumah di RT 01 dan 02, Lingkungan Pucangsawit, Kelurahan Tanjungsari, Tirtomoyo. Perangkat Kelurahan dan tokoh masyarakat Tirtomoyo, kemarin, masih melakukan pendataan. Mengungsi Salah satu tokoh masyarakat, Edy Purwanto, mengaku heran dan terkejut saat diberi tahu bahwa di Kelurahan Tanjungsari, Tirtomoyo juga dilanda bencana. ”Semua orang terfokus ke Kelurahan Sendangmulyo dan Hargantoro yang terkena tanah longsor dengan korban jiwa tertimbun tanah longsor. Ternyata di Kelurahan Tanjungsari juga mengalami nasib serupa. Setelah kami datang, ternyata bencana itu terjadi selang sehari atau tanggal 27 Desember,” jelasnya. Lebih lanjut Edy menjelaskan dalam bencana itu tidak jatuh korban jiwa karena pada Rabu (26/12) malam, rumah Mukijo keluar sumber air. Melihat kejadian alam yang dinilai aneh itu, jelasnya, Mukijo memberi tahu tetangga dan mengajak semua warga di sekitarnya untuk turun. ”Malam itu juga warga turun dan tidak satu pun barang yang dibawa,” ujarnya. Tujuh rumah yang tertimpa tanah longsor itu, empat di antaranya berada di RT 01 dan tiga rumah berada di RT 02. Di RT 01, rumah yang rusak milik Kartono Mukijo, Ny Tukinem, Mardi dan Rukimin. Di RT 02 tiga rumah rusak yaitu milik Suman, Ny Kadiyem dan Sulino. ”Anehnya, air yang keluar itu sampai sekarang masih mengalir dan jernih. Padahal informasi dari warga selama ini, di lingkungan itu tidak pernah ada air melalui sumber,” jelasnya. - Trianto Hery Suryono [solopos.net]
Baturetno - Hujan deras yang masih terus melanda Wonogiri beberapa hari terakhir kembali memakan korban jiwa. Wakino, 75, warga Dusun Gedangan, Desa Balepanjang, Kecamatan Baturetno, Jumat (28/12), hanyut terseret arus Sungai Pakem, Giriwoyo.
Koordinator Lapangan (Korlap) tim SAR Wonogiri, Wisnu, saat dikonfirmasi menyebutkan Wakino hanyut saat menyeberang sungai dengan gethek. Kejadian itu berlangsung sekitar pukul 11.00 WIB, saat itu arus sungai masih mengalir deras karena hujan yang terus turun sejak malam sebelumnya. Ditambahkan Wisnu, sungai itu meluap sejak Selasa (25/12) lalu. ”Sampai Jumat malam, kami masih berusaha untuk mengevakuasi korban,” imbuh dia. Elevasi turun Sementara itu, kemarin, elevasi WGM turun dari 136,55 m menjadi 136,48 m. Perum Jasa Tirta I terus meningkatkan pembuangan air dari WGM ke Sungai Bengawan Solo. Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto, saat ditemui Espos di sela-sela kunjungannya ke WGM, kemarin, menerangkan pembukaan dua pintu air terus dilakukan sesuai prosedur standar operasi. Untuk penyelamatan jangka panjang kawasan itu, lanjut Djoko, bisa dilakukan dengan konservasi hutan dan wilayah di kawasan hilir. Saat ini, sambung dia, pemerintah pusat melalui pemerintah daerah dan Perhutani berupaya memperbaiki kondisi hutan di sepanjang daerah aliran sungai. Yang menjadi kendala adalah memberi pengertian kepada sebagian masyarakat untuk tidak bercocok tanam di lereng-lereng gunung dan bantaran sungai
Ngadirojo - Jalur antarprovinsi dari Wonogiri-Pacitan, Jatim yang melewati Jembatan Gedong di daerah perbatasan Kecamatan Ngadirojo dengan Kecamatan Nguntoronadi sudah mulai normal. Kendaraan berat seperti truk dan bus bisa melewati jembatan tersebut, walaupun secara bergantian.
Salah seorang pengusaha bus, Edy Purwanto, menjelaskan sejak pukul 05.00 WIB, bus antarkota antarprovinsi (AKAP) miliknya sudah lewat Jembatan Gedong. ”Tadi pagi (Jumat-red) saya berkoordinasi dengan DLLAJ Semarang dan Dinas Perhubungan Pariwisata Seni dan Budaya (DPPSB) Wonogiri, ternyata ruas jalan di Jembatan Gedong sudah bisa dilewati secara antre. Untuk kendaraan berat, seperti bus hanya diperbolehkan satu kendaraan yang melintas jembatan,” ujarnya. Hal senada dikemukakan salah seorang pengguna jalan, Tukiran, warga Nguntoronadi. ”Sudah bisa dilalui namun satu-satu. Tadi kami juga sudah melintas,” katanya. Kepala DPPSB Wonogiri, Sri Wiyoso, saat dikonfirmasi membenarkan kondisi Jembatan Gedong sudah normal kembali. ”Tim dari Bina Marga Provinsi sudah memberi tahu dan hasil pengecekan Jembatan Gedong sudah bisa dilalui bus dan truk dengan antre. Pembukaan dilakukan sejak pukul 05.00 WIB tadi.” Akibat derasnya arus Sungai Keduang, Kamis dini hari, jembatan ini sempat bergeser dan tidak bisa dilalui kendaraan berat. Condong ke kiri Kepala Badan Pelaksana Teknis (BPT) Bina Marga wilayah Surakarta, Suratno, mengatakan derasnya arus mengakibatkan pelat penghubung jembatan bergeser. Jembatan juga terlihat condong ke sebelah kiri. Menurut Giyanto, petugas BPT Bina Marga lainnya, pilar jembatan yang ada di sebelah barat amblas hingga sekitar 12 cm. ”Kalau dihitung selisih antara pilar sebelah barat dan timur sekitar 12 cm,” tegasnya. Hal ini membahayakan, apalagi tanah di bagian ujung jembatan di sisi sebelah timur tergerus air. Sementara itu, sejumlah warga terlihat sibuk menimbun tanah untuk menambal lubang di ujung jembatan. Sebagian lainnya menyodorkan kardus bekas untuk meminta sumbangan. ”Hasilnya akan kami berikan untuk korban bencana,” kata Giyarno, salah satu sukarelawan dari Desa Gedong. Dalam situasi seperti ini, semangat gotong-royong antarwarga begitu terasa. Tak peduli meski yang menjadi korban tak memiliki hubungan kekerabatan dengan mereka, semua seperti bersaudara. Seperti yang dilakukan salah satu personel Hansip Desa Gedong, Nartowiyono. Sejak hari kedua bencana, ia dengan sukarela bergantian dengan warga mengatur lalu lintas. ”Saya merasa berkewajiban, memang tidak ada gaji besar untuk saya, tapi saya senang karena bisa menolong saudara yang lain. Manto, bahkan rela meninggalkan pekerjaannya sementara waktu demi mengumpulkan bantuan bagi para korban bencana. ”Saya masih beruntung ketimbang yang lain, rumah dan lahan pertanian saya sampai saat ini masih aman tak tergenang air. Jadi apa salahnya saya membantu saudara-saudara yang terkena musibah, cuma ini yang bisa saya lakukan,” akunya. sumber : solopos.net
Wonogiri (Espos)--Tak kurang 317 keluarga yang tersebar di empat dusun di Desa Gemawang, Ngadirojo, Wonogiri terisolasi karena dua jalur menuju empat dusun itu terputus total. Sementara, satu jalur lagi tak dapat dilalui kendaraan karena tertutup longsoran tanah.
Satu-satunya jalan menuju empat dusun tersebut adalah melalui Kedungbendo, Kecamatan Nguntoronadi. Tapi dari sana kendaraan tidak bisa masuk. Jadi harus ditempuh dengan berjalan kaki sejauh lima kilometer,” ujar Kepala Desa Gemawang, Suwarno, saat ditemui Espos di Wonogiri, Kamis (27/12). Keempat dusun yang terisolasi akibat bencana banjir dan longsor, Rabu (26/12) dini hari, adalah Dusun Kedungbandung, Glogok, Jlegong dan Kedungwuluh. Hingga kemarin, belum ada bantuan yang berhasil disalurkan mengingat sulitnya medan. Berdasarkan data yang dikumpulkan perangkat desa setempat, dua rumah di Dusun Jlegong hanyut sementara kediaman 36 keluarga lainnya terancam kena longsor. Oleh: Trianto HS, Esmasari W sumber solopos.net
Data korban bencana di Wonogiri, Korban meninggal, luka longsor dan banjir di Wonogiri Rabu (26/12) Warga Tirtomoyo Wonogiri
Data korban bencana di Wonogiri, Korban meninggal, luka longsor dan banjir di Wonogiri Rabu (26/12) Warga Tirtomoyo Wonogiri 1. Tarmin 2. Ny Sufi 3. Andri, 15 4. Rudi, 7 5. Ny Suliyem 6. Yuli, 15 7. Bagus, 9 8. Karyo Utomo, 70 9. Ny Tumi, 75 10. Ahmad Muslim, 50 11. Ny Marinah, 40 12. Novitasari, 10 13. Ernawati, 11 14. Ny Kariyem, 65 15. Sido, 55 (warga Dusun Kopen, Desa Bero, Manyaran), Korban luka 1. Sadimin, 50 2. Ny Sainem, 50 Daftar korban meninggal diduga tertimbun di Wonogiri Warga Sendangmulyo, Wonogiri 1. Tarmin Semangin 2. Ny Sufi 3. Andri, 15 4. Rudi, 7 5. Ny Suliyem 6. Yuli, 15 7. Bagus, 9 Warga Pangah, Hargantoro 1. Karyo Utomo, 70 2. Ny Tumi, 75 3. Ahmad Muslim, 50 4. Ny Marinah, 40 5. Novitasari, 10 6. Ernawati, 11 (sudah dimakamkan) 7. Ny Kariyem, 65 8. Sadimin, 50 (luka-luka) 9. Ny Sainem, 50 Daftar rumah korban banjir di Wonogiri 1. Lingkungan Kedungringin RT 03/XII, Giripurwo : 8 rumah 2. Lingkungan Sukorejo RT 05/X, Giritirto : 6 rumah 3. Lingkungan Sukorejo RT 02/X, Giritirto : 5 rumah 4. Lingkungan Sukorejo RT 03/X, Giritirto : 3 rumah 5. Kecamatan Tirtromoyo : 37 rumah rusak berat dan 83 rumah rusak ringan 6. Desa Bulurejo, Nguntoronadi : 53 rumah 7. Desa Kulurejo, Nguntoronadi : 37 rumah 8. Desa Ngadipiro, Nguntoronadi : 13 rumah Sumber: Camat Tirtomoyo, Wonogiri, Nguntoronadi dan wawancara
Wonogiri--Evakuasi terhadap korban tanah longsor masih terus dilakukan di dua desa yang terkena longsoran paling parah di Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah yakni Desa Sendangmulyo dan Desa Hargantoro.
Sampai Kamis (27/12) pukul 10.00 WIB, di Dusun Semangin, Desa Sendangmulyo tercatat tujuh korban yang sudah diidentifikasi yakni Suliyem, 42, Yuli, 16, Bagus, 8, Tarmin, 38, Supiyem, 35, Rudi Widianto, 8, dan Endri Widianto, 5. Sementara itu, di Dusun Pagah, Desa Hargantoro dari tujuh korban, baru lima orang dievakuasi dan dua orang masih dicari. Nama-nama korban belum diketahui, kata penjaga Posko cabang Wonogiri, Daryanto. Dusun lainnya di Desa Hargantoro, yakni Dusun Sanggrahan terdapat dua korban yang bisa diidentifikasi yakni Tumi dan Sumiyem. Sedangkan informasi dari Desa Manyaran, tepatnya di Dusun Kopen terdapat dua korban. Satu sudah dievakuasi, dan satu masih dicari. Sampai sekarang belum ada informasi terbaru, ujar Daryanto. Secara keseluruhan, total korban akibat tanah longsor di Kecamatan Tirtomoyo tercatat 16 orang. Sumber: Kompas Cyber Media Oleh: Verdy Bagus Hendratmoko
Merebaknya isu penyakit anthrax menjelang Hari Raya Idul Adha, banyak orang bingung untuk memilih hewan kurban yang sehat.
Dokter hewan Universitas Airlangga (Unair), Dr drh I Komang Wiarsa memberikan tips agar kaum muslim yang hendak berkurban tidak keliru saat memilih hewan kurban. Secara fisik memilih hewan kurban seperti sapi, kambing dan domba bisa melihat aktivitasnya. Bila pergerakannya aktif saat didekati itu berarti hewannya sehat, katanya kepada detiksurabaya.com, Rabu (19/12/2007). Selain itu, kata dia, hewan sehat terlihat matanya bersinar. Bila ditemukan mata hewan ternak yang beleken dan keruh, itu berarti sedang sakit. Selain pergerakannya akti dan matanya bersinar, kata Komang, hewan yang sehat juga bisa dilihat dari bulu-bulunya. Meski kotor dan tidak dimandikan, bulu-bulu hewan ternak itu mengkilap serta cara makan dan minum bagus. Komang juga menyarankan agar hati-hati dalam memilih hewan ternak saat musim hujan. Sebab hewan rawan terkena diare dan cacingan. Biasanya pada hewan yang cacingan kulitnya terlihat kusam dan badannya kurus, tambahnya. Dia menyarankan, agar tidak membeli hewan ternak yang kulitnya mengalami korengan. Itu berarti hewan tersebut mengalami penyakit kulit sceabies. Ini sangat menular terhadap sesama hewan. Dan harus diobati dan disendirikan agar penyakitnya tidak menyebar ke hewan ternak lain, tegasnya. copas : Fatichatun Nadhiroh - DetikSurabaya (fat/fat)
Jumat, Desember 14, 2007
Mungkin Anda menduga, udara yang akhir-akhir ini makin panas, bukanlah suatu masalah yang perlu kita risaukan. "Mana mungkin sih tindakan satu-dua makhluk hidup di jagat semesta bisa mengganggu kondisi planet bumi yang mahabesar ini?" barangkali begitulah Anda berpikir.
Baru-baru ini, Inter-governmental Panel on Cimate Change (IPCC) memublikasikan hasil pengamatan ilmuwan dari berbagai negara. Isinya sangat mengejutkan. Selama tahun 1990-2005, ternyata telah terjadi peningkatan suhu merata di seluruh bagian bumi, antara 0,15 -0,30 C. Jika peningkatan suhu itu terus berlanjut, diperkirakan pada tahun 2040 (33 tahun dari sekarang) lapisan es di kutub-kutub bumi akan habis meleleh. Dan jika bumi masih terus memanas, pada tahun 2050 akan terjadi kekurangan air tawar, sehingga kelaparan pun akan meluas di seantero jagat. Udara akan sangat panas, jutaan orang berebut air dan makanan. Napas tersengal oleh asap dan debu. Rumah-rumah di pesisir terendam air laut. Luapan air laut makin lama makin luas, sehingga akhirnya menelan seluruh pulau. Harta benda akan lenyap, begitu pula nyawa manusia. Di Indonesia, gejala serupa sudah terjadi. Sepanjang tahun 1980-2002, suhu minimum kota Polonia (Sumatera Utara) meningkat 0,17o C per tahun.. Sementara, Denpasar mengalami peningkatan suhu maksimum hingga 0,87 o C per tahun. Tanda yang kasatmata adalah menghilangnya salju yang dulu menyelimuti satu-satunya tempat bersalju di Indonesia , yaitu Gunung Jayawijaya di Papua. Hasil studi yang dilakukan ilmuwan di Pusat Pengembangan Kawasan Pesisir dan Laut, Institut Teknologi Bandung (2007), pun tak kalah mengerikan. Ternyata, permukaan air laut Teluk Jakarta meningkat setinggi 0,8 cm. Jika suhu bumi terus meningkat, maka diperkirakan, pada tahun 2050 daera-daerah di Jakarta (seperti : Kosambi, Penjaringan, dan Cilincing) dan Bekasi (seperti : Muaragembong, Babelan, dan Tarumajaya) akan terendam semuanya. Dengan adanya gejala ini, sebagai warga negara kepulauan, sudah seharusnya kita khawatir. Pasalnya, pemanasan global mengancam kedaulatan negara. Es yang meleleh di kutub-kutub mengalir ke laut lepas dan menyebabkan permukaan laut bumi ? termasuk laut di seputar Indonesia ? terus meningkat. Pulau-pulau kecil terluar kita bisa lenyap dari peta bumi, sehingga garis kedaulatan negara bisa menyusut. Dan diperkirakan dalam 30 tahun mendatang sekitar 2.000 pulau di Indonesia akan tenggelam. Bukan hanya itu, jutaan orang yang tinggal di pesisir pulau kecil pun akan kehilangan tempat tinggal. Begitu pula asset-asset usaha wisata pantai. Peneliti senior dari Center for International Forestry Research (CIFOR), menjelaskan, pemanasan global adalah kejadian terperangkapnya radiasi gelombang panjang matahari (disebut juga gelombang panas / inframerah) yang dipancarkan bumi oleh gas-gas rumah kaca (efek rumah kaca adalah istilah untuk panas yang terperangkap di dalam atmosfer bumi dan tidak bisa menyebar). Gas-gas ini secara alami terdapat di udara (atmosfer). Penipisan lapisan ozon juga memperpanas suhu bumi. Karena, makin tipis lapisan lapisan teratas atmosfer, makin leluasa radiasi gelombang pendek matahari (termasuk ultraviolet) memasuki bumi. Pada gilirannya, radiasi gelombang pendek ini juga berubah menjadi gelombang panas, sehingga kian meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca tadi. Karbondioksida (CO2) adalah gas terbanyak (75%) penyumbang emisi gas rumah kaca. Setiap kali kita menggunakan bahan bakar fosil (minyak, bensin, gas alam, batubara) untuk keperluan rumah tangga, mobil, pabrik, ataupun membakar hutan, otomatis kita melepaskan CO2 ke udara. Gas lain yang juga masuk peringkat atas adalah metan (CH4,18%), ozone (O3,12%), dan clorofluorocarbon (CFC,14%). Gas metan banyak dihasilkan dari proses pembusukan materi organic seperti yang banyak terjadi di peternakan sapi. Gas metan juga dihasilkan dari penggunaan BBM untuk kendaraan. Sementara itu, emisi gas CFC banyak timbul dari sistem kerja kulkas dan AC model lama. Bersama gas-gas lain, uap air ikut meningkatkan suhu rumah kaca. Gejala sangat kentara dari pemanasan global adalah berubahnya iklim. Contohnya, hujan deras masih sering datang, meski kini kita sudah memasuki bulan yang seharusnya sudah terhitung musim kemarau. Menurut perkiraan, dalam 30 tahun terakhir, pergantian musim kemarau ke musim hujan terus bergeser, dan kini jaraknya berselisih nyaris sebulan dari normal. Banyak orang menganggap, banjir besar bulan Februari lalu yang merendam lebih dari separuh DKI Jakarta adalah akibat dari pemanasan global saja. Padahal 35% rusaknya hutan kota dan hutan di Puncak adalah penyebab makin panasnya udara Jakarta .. Itu sebabnya, kerusakan hutan di Indonesia bukan hanya menjadi masalah warga Indonesia , melainkan juga warga dunia. Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), mengatakan, Indonesia pantas malu karena telah menjadi Negara terbesar ke-3 di dunia sebagai penyumbang gas rumah kaca dari kebakaran hutan dan pembakaran lahan gambut (yang diubah menjadi permukiman atau hutan industri). Jika kita tidak bisa menyelamatkan mulai dari sekarang, 5 tahun lagi hutan di Sumatera akan habis, 10 tahun lagi hutan Kalimantan yang habis, 15 tahun lagi hutan di seluruh Indonesia tak tersisa. Di saat itu, anak-anak kita tak lagi bisa menghirup udara bersih. Jika kita tidak secepatnya berhenti boros energi, bumi akan sepanas planet Mars. Tak akan ada satupun makhluk hidup yang bisa bertahan, termasuk anak-anak kita nanti. Cara-cara praktis dan sederhana 'mendinginkan' bumi : 1. Matikan listrik. (jika tidak digunakan, jangan tinggalkan alat elektronik dalam keadaan standby. Cabut charger telp. genggam dari stop kontak. Meski listrik tak mengeluarkan emisi karbon, pembangkit listrik PLN menggunakan bahan baker fosil penyumbang besar emisi). 2. Ganti bohlam lampu (ke jenis CFL, sesuai daya listrik. Meski harganya agak mahal, lampu ini lebih hemat listrik dan awet). 3. Bersihkan lampu (debu bisa mengurangi tingkat penerangan hingga 5%). 4. Jika terpaksa memakai AC (tutup pintu dan jendela selama AC menyala. Atur suhu sejuk secukupnya, sekitar 21-24o C). 5. Gunakan timer (untuk AC, microwave, oven, magic jar, dll). 6. Alihkan panas limbah mesin AC untuk mengoperasikan water-heater. 7. Tanam pohon di lingkungan sekitar Anda. 8. Jemur pakaian di luar. Angin dan panas matahari lebih baik ketimbang memakai mesin (dryer) yang banyak mengeluarkan emisi karbon. 9. Gunakan kendaraan umum (untuk mengurangi polusi udara). 10. Hemat penggunaan kertas (bahan bakunya berasal dari kayu). 11. Say no to plastic. Hampir semua sampah plastic menghasilkan gas berbahaya ketika dibakar. Atau Anda juga dapat membantu mengumpulkannya untuk didaur ulang kembali. 12. Sebarkan berita ini kepada orang-orang di sekitar Anda, agar mereka turut berperan serta dalam menyelamatkan bumi. :-( tampaknya kelak yang menyebabkan kiamat manusia juga...(?????)
Giriwoyo - kemajuan dusun-dusun di giriwoyo sekarang ini memang sudah kelihatan, begitupun dengan dusun ngudal yang terletak di kecamatan giriwoyo.
untuk sekarang ini kemajuan di dusun ngudal memang sangat pesat dibandingkan dengan 7 tahun silam, masing-masing rumah sudah berdiri kokoh ( tembokisasi ) sudah 95 persen, jalan-jalannya pun sudah tidak seperti dulu, sekarang ini jalan-jalan dusun dengan mudah dilewati kendaraan bermotor, karena jalan sudah di cor hampir 70 persen, semua ini berkat masyarakat, pemerintah daerah dan paguyuban anak rantau, Masjidnya pun sudah berdiri megah dan kokoh walaupun pengunjung masih kurang. kebanyakan para perantau dusun ngudal yang ada di Jakarta menggeluti pekerjaan di bidang dagang, Penggilingan, Bakso.- [Kiriman dari Blondo]
Giriwoyo - kemajuan dusun-dusun di giriwoyo sekarang ini memang sudah kelihatan, begitupun dengan dusun ngudal yang terletak di kecamatan giriwoyo
untuk sekarang ini kemajuan di dusun ngudal memang sangat pesat dibandingkan dengan 7 tahun silam, masing-masing rumah sudah berdiri kokoh ( tembokisasi ) sudah 95 persen, jalan-jalannya pun sudah tidak seperti dulu, sekarang ini jalan-jalan dusun dengan mudah dilewati kendaraan bermotor, karena jalan sudah di cor hampir 70 persen, semua ini berkat masyarakat, pemerintah daerah dan paguyuban anak rantau, Masjidnya pun sudah berdiri megah dan kokoh walaupun pengunjung masih kurang. kebanyakan para perantau dusun ngudal yang ada di Jakarta menggeluti pekerjaan di bidang dagang, Penggilingan, Bakso.- [Kiriman dari Blondo]
Kedua tersangka, Wln Rh, 14 serta Feri Adnan Maulana, 28 yang tak lain adalah tetangga korban diciduk di sekitar SMPN 2 Pracimantoro. Kedua tersangka sempat akan melarikan diri, namun melihat massa yang sudah berkerumun akhirnya mereka bersembunyi di mobil, jelas Kapolres Wonogiri AKBP Dien Irhastini melalui Kasatreskrim AKP Ngadiman, Sabtu (1/12).
Dia menceritakan, peristiwa itu terjadi di ladang salah satu warga Ngulu, Pracimantoro. Kronologisnya, Wln menelepon korban dan diajak bertemu di suatu tempat. Bersama dengan tersangka Feri, Wln menemui korban, namun tersangka Feri bersembunyi di lokasi kejadian. Saat korban datang langsung dipukul dengan balok hingga jatuh. Setelah itu, korban masih disabit dan diseret hingga 90 meter. Menurut Kasatreskrim, para tersangka dijerat Pasal 170 jo Pasal 340 KUHP dengan ancaman hukuman 9-15 tahun penjara. Oleh: Trianto Hery Suryono
Sabtu, Desember 01, 2007
Giriwoyo - Kekeringan kembali melanda Giriwoyo. Lahan pertanian yang ditanami palawija di Kecamatan Giriwoyo mengalami kekeringan. Tak hanya itu, sejumlah persemaian benih padi juga mulai kekurangan air.
Hal ini akibat cuaca yang tak menentu, masa seperti ini kan seharusnya sudah masuk musim penghujan, tapi hujan belum juga turun. Padahal para petani sudah melakukan berbagai persiapan untuk menghadapi musim tanam, terang salah seorang warga. saat ini petani hanya bisa pasrah dengan keadaan ini. karena sumber untuk pengairan juga mengalami kekeringan.