Populer
-
Suharto Family Portrait Original caption: Suharto family portrait. Photo shows the Indonesian President posing with his wife and children. U...
-
BATURETNO – Kasus peredaran foto seronok yang diperagakan oleh gadis SMP swasta di kecamatan Katuretno kian jelas. Pelakunya adalah pelajar...
-
Inna Lillahi Wa Innaillaihi Roji'un Telah Meninggal Dunia Mantan Presiden Haji Mohammad Soeharto 13.10 WIB ( Minggu, 27 Januari 2008...
Label
Pesan Singkat
Jumat, Agustus 22, 2008
Memiliki potensi alam yang melimpah tak lantas seketika memberi keuntungan bagi warga sekitar. Minimnya pengetahuan dan wawasan sering kali menghambat pengembangan eksplorasi kekayaan alam.
Seperti yang dialami oleh sebagian besar warga Desa Sejati, Kecamatan Giriwoyo.
”Sebenarnya desa kami memiliki potensi yang cukup unik yaitu penambangan batu mulia, berupa akik, yang dibentuk menjadi perhiasan dan aksesori lain,” terang Daryoto, Kepala Desa Sejati, belum lama ini.
Penambangan batu mulia tersebut mulai dikembangkan sekitar awal 1990-an. Saat itu, pemerintah pusat mengembangkan semacam bengkel pembuatan aksesori untuk mengolah akik yang banyak ditemukan di Dusun Giritengah, Desa Sejati. Nah, setelah bengkel itu diserahkan ke pemerintah daerah, sejumlah pengembangan pun terus dilakukan. Salah satunya adalah dengan pelatihan kepada masyarakat setempat cara pengolahan batu akik untuk diproses menjadi aksesori seperti cincin, hiasan pada keris, arloji hingga pembuatan patung.
”Desa kami memang tak mendapat keuntungan finansial secara langsung dari pengolahan batu akik itu, tapi di bengkel pengolahan batu akik itu masyarakat bisa menimba ilmu dan akhirnya membuka bengkel pengolahan sendiri,” kata Daryoto lagi.
Hingga saat ini tercatat tiga warga yang membuka pengolahan akik sederhana di Desa Sejati. Berbeda dengan bengkel pengolahan milik pemerintah yang lebih maju dan memiliki modal dan jalur pemasaran yang cukup baik, para pengolah batu akik tradisional ini mengalami sedikit kendala khususnya dalam permodalan. ”Untuk bengkel pengolahan, jalur pemasarannya sudah cukup luas, hingga ke Semarang, serta Solo ada pula pesanan dari beberapa daerah lain. Tapi pengolah tradisional sedikit terkendala karena mereka relatif baru dalam bidang ini sehingga belum punya jalur pemasaran yang luas,” terang Daryoto.
Untuk membantu pemasaran, para pengolah batu akik tradisional menitipkan hasil karya mereka di tempat-tempat penjualan. Lantaran belum terlalu populer, para pengolah batu akik tradisional ini masih mengerjakan sendiri seluruh proses pengolahan batu akik.
”Terkadang, kalau kebetulan ada pesanan sedikit banyak, baru mereka merekrut beberapa tetangga untuk membantu, ya, jadi hanya bekerja kalau ada pesanan,” katanya. - Oleh : Esmasari Widyaningtyas [solopos.net]
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
0 komentar:
Posting Komentar